Mengarah.com, Jakarta- Starlink adalah sebuah proyek pengembangan konstelasi satelit yang sedang dijalankan oleh perusahaan Amerika Serikat bernama SpaceX Proyek ini bertujuan untuk menghadirkan sebuah system komunikasi internet berbasis satelit yang memiliki performa tinggi serta dengan harga yang terjangkau.
Starlink diluncurkan secara global pada Agustus 2021 untuk menghadirkan akses internet di seluruh dunia, kecuali wilayah kutub.
Kecepatan internet Starlink saat ini berkisar antara 50 Mbps dan 150Mbps. Namun perusahaan menjanjikan akan melipat gandakan kecepatan menjadi 300 Mbps di akhir tahun ini, seiring pertumbuhan jaringan.
Pesawat ulang-alik SpaceX telah meluncurkan roket Falcon 9 yang membawa 49 satelit Starlink untuk sistem konstelasi satelit internet perusahaan itu. Peluncuran dilakukan dari Launch Complex 39A di Kennedy Space Center, Florida, pada kamis (6/1).
Lisa Ruth Rand, seorang ahli sejarah teknologi dari Caltech mengatakan sampah antariksa yang menumpuk akan membuat mimpi Elon Musk dan badan antariksa yang lainnya untuk membangun kehidupan di planet lain akan semakin sulit untuk diwujudkan. “Bahwa akhir dari era ruang angkasa bukanlah manusia yang menjadi kosmopolitan, menjadi multi-planet, menjadi bagian dari alam semesta, melainkan membuat kita tidak bisa pergi lagi,” imbuhnya.
Ini merupakan efek dari kondisi bernama Kessler Syndrome. Sindrom ini merupakan bentuk reaksi berantai yang muncul setelah satelit atau wahana antariksa lainnya ditabrak oleh sampah antariksa, yang kemudian menjadi sampah antariksa baru dan menabrak satelit atau wahana antariksa lainnya.
Misalnya saat stasiun luar angkasa (ISS) yang hamper menabrak sampah luar angkasa yang tercipta saat Rusia menguji misil anti-satelit untk meledakkan satelit lawas. Akibatnya beberapa awak ISS harus berlindung di kapsul Crew Dragon dan Soyuz sebagai langkah antisipasi jika mereka harus keluar dari stasiun luar angkasa. Belum lama ini stasiun luar angkasa China juga nyaris tabrakan dengan satelit internet Starlink milik SpaceX.
Masalah sampah antariksa kini semakin parah. Saat ini ada 40.000 objek antariksa yang dilacak oleh organisasi luar angkasa seperti U.S. Space Command, dimana 5.000 diantaranya adalah satelit aktif dan sisanya adalah sampah.
Ukurannya pun bervariasi, mulai dari sekecil kelereng sampai satelit utuh yang tidak berfungsi. Tapi objek kecil pun bisa berbahaya diluar angkasa karena pergerakannya yang sangat cepat, mencapai 28.000 km/jam bahkan lebih.
Karena ancaman ini, meluncurkan misi luar angkasa menjadi sesuatu yang berbahaya. Bahaya yang mengintai jadi lebih besar jika ada awak manusia yang mengendalikan kapal luar angkasa.
Untungnya sudah ada beberapa program yang diluncurkan untuk mengatasi masalah sampah antariksa. Seperti misi yang diluncurkan Astroscale pada Maret 2021 untuk menunjukan bagaimana teknologi magnet bisa membantu mengumpulkan sampah luar angkasa.