banner 120x600
banner 120x600

Cerpen : “Dua Nasi Kotak”

  • Share
Source Foto : cdn.pixabay.com

Mengarah.com Di tengah jalan pulangnya, Bakar tiba-tiba terpikir untuk menyenangkan anak semata wayangnya. Ia lantas menghentikan mobilnya di depan sebuah toko untuk membeli roti keju kesukaan putranya itu.

Tetapi sebelum memasuki toko, pandangannya serta-merta tertuju pada dua buah kotak kertas yang tergeletak di kursi teras. Ia lantas memerhatikannya, kemudian membukanya untuk memeriksa isinya. Dan seketika, ia yakin kalau itu adalah nasi kotak dari warungnya, yang merupakan bagian dari makanan yang baru saja ia bagi-bagikan kepada para pelintas jalan.

Akhirnya, ia jadi prihatin. Ia tak tega meninggalkan nasi kotak itu. Ia takut kalau nasi campur berlauk ayam goreng tersebut diambil orang lain, atau dimangsa hewan. Ia tak ingin pemiliknya bersedih karena kehilangan bakal makanannya. Karena itu, ia memutuskan untuk menjaganya demi memastikan sumbangannya tersebut dinikmati sang penerima.

Atas niat baiknya, Bakar terus menunggu di teras toko. Hatinya yang sejuk seolah berhasil meredam panasnya terik matahari yang telah meninggi. Ia merasa senang telah menyedekahkan lagi makanan bersama sejumlah anggota komunitas berbaginya. Makanan tersebut diberikan kepada para pengguna jalan yang membutuhkan, tanpa peduli siapa pun mereka.

Misi mulianya itu, selalu membuat Bakar bergairah setiap kali menjalani hari Minggu Berbagi yang ia gagas setahun yang lalu. Itu karena ia tidak hanya akan bersenang-senang menikmati hari libur dengan keluargnya, tetapi juga memberikan kesenangan kepada banyak orang. Biarpun hanya sekali dalam sebulan, tetapi itu sudah cukup membahagiakan nuraninya.

Kepeduliannya untuk berbagi makanan, tidak tercipta begitu saja, melainkan terbentuk dari kisah hidupnya. Pada masa mudanya, ia hidup dalam kemiskinan bersama ibunya yang bekerja sebagai pemulung, sedang ayahnya telah meninggal saat ia masih berusia tiga tahun. Karena itu, ia jadi paham betapa beratnya menahan nafsu makan seperti yang dahulu sering ia lakukan.

Baca Juga :   Langkanya Bahan Bakar Minyak (BBM) PARTALITE di Kalimantan tengah

Ingatannya jelas masih merekam kegetiran-kegetiran di masa kecilnya karena kemelaratan. Ia kerap meredam keinginannya untuk mencicipi es krim seperti cicipan teman-temannya, bersusah payah mencari uang jajan untuk membeli makanan ringan sederhana, hingga menangis karena tak kebagian makanan lezat dari pembagian orang-orang dermawan.

Banner Iklan Sariksa
  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *